Nama Latin: Allium sativum L.
Nama Inggris: Garlic
Famili :
LILIACEAE
1. Cultivar
Tawangmangu
Baru, TW.
2.
Pembibitan
Keberhasilan
usaha tani bawang putih sangat ditunjang oleh faktor bibit karena produksinya
tergantung dari mutu bibit yang digunakan. Umbi yang digunakan sebagai bibit
harus bermutu tinggi, berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat,
serta bebas dari hama dan patogen.
Ø Persyaratan
Benih
·
Mutu bibit/benih bawang putih yang
baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Bebas hama dan penyakit
b) Pangkal batang berisi penuh dan keras
c) Siung bernas
d) Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram
Ø Penyiapan Benih
Benih bawang
putih berasal dari pembiakan generatif dengan umbinya. Kultur jaringan juga merupakan
metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan serta menumbuhkannya
dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman lengkap. Dengan kultur jaringan dapat diperoleh
perbanyakan mikro/produksi tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu relatif
singkat. Umbi bawang putih dapat diperoleh di kios penjual bibit atau produsen
bibit. Selain itu, umbi bibit juga dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya
yang telah dipersiapkan untuk umbi bibit.
·
Penyimpanan bibit pada umumnya
dilakukan oleh petani di para-para dan digantung dengan cara pengasapan. Cara
ini praktis tetapi seringkali merusak umbi bibit dan memiliki penampilan yang
kurang menarik dan memberikan warna yang kecoklat-coklatan. Cara penyimpanan
umbi bibitlain terdiri dari penyimpanan alami, penyimpanan di ruangan
berventilasi dan penyimpanan pada suhu dingin.
Gambar benih
3. Pengolahan
Lahan
Ø Persiapan
Ø
Penanaman bawang putih biasanya
dilakukan di daerah persawahan yaitu setelah panen padi. Pengolahan lahan
bertujuan menyiapkan kondisi tanah sesuai dengan yang diinginkannya. Secara garis
besar pengolahan tanah meliputi kegiatan penggemburan (dicangkul/dibajak),
pembuatan bedengan dengan saluran air, pengapuran (untuk tanah asam) dan
pemberian pupuk dasar. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila
pH kurang dari 6, dosis kapurnya sekitar 1-2 ton/ha. Jumlah bibit yang
diperlukan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a) pola tanam
b) jarak tanam
c) permukaan lahan
d) ukuran umbi bibit
Kebutuhan
umbi bibit untuk bawang putih apabila jarak tanam 20 x 20 cm jumlah kebutuhan
bibit antara 200.000-250.000 siung/200 kg siung, jarak tanam 20 x 15 cm jumlah
kebutuhan bibit antara 240.000-300.000 siung/sekitar 240 kg siung, dan untuk
jarak tanam 20 x 10 cm jumlah kebutuhan bibitnya adalah antara 400.000-500.000
siung/sekitar 400 kg siung. Jumlah bibit akan menentukan volume produksi.
Ø Pembukaan Lahan
Lahan yang
akan ditanami apabila bekas panen pada sawah masih ada maka perlu dibersihkan.
Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus
dibajak/dicangkul hingga benar-benar gembur. Setelah itu lahan dibiarkan selama
kurang lebih 1 minggu sampai bongkahan tanah tersebut menjadi kering,
selanjutnya bongkahan tanah tersebut dihancurkan dan diratakan lalu dibiarkan
lagi, beberapa hari kemudian dilakukan lagi pembajakan untuk yang kedua
kalinya. Dengan cara seperti ini bongkahan tanah akan hancur lebih halus lagi.
Ø Pembentukan Bedengan
Pembuatan
bedengan mula-mula dilakukan dengan menggali tanah untuk saluran selebar dan
sedalam ± 40 cm. Tanah galian tersebut diletakkan di samping kiri dan kanan
saluran, selanjutnya dibuat menjadi bedengan-bedengan. Lebar bedengan biasanya
80 cm dengan panjang 300 cm dan tinggi 40 cm. Tinggi bedengan dibuat
berdasarkan keadaan tanah lokasi. Kalau tanahnya agak berat, bedengan perlu
sedikit ditinggikan. Apabila tanahnya berpasir, bedengan tidak perlu terlalu
tinggi.
Ø
Pengapuran
Keasaman
tanah yang ideal untuk budidaya bawang putih berkisar antara pH 6 6,8. Jika
keasaman tanah masih normal, pH nya berkisar 5,5- 7,5, belum merupakan masalah.
Yang menjadi masalah adalah apabila keasaman tinggi, pH nya rendah. Untuk
menurunkan tingkat keasaman tanah, menaikkan pH, perlu dilakukan pengapuran.
Waktu
pemberian kapur yang baik adalah pada saat akhir musim kemarau menjelang musim
hujan. Pemberian kapur ke dalam tanah dilakukan 2-4 minggu sebelum tanaman ditanam.
Selain itu, faktor cuaca juga perlu diperhatikan pada saat pemberian kapur.
Lahan yang
akan dikapur harus dibersihkan dari rumput pengganggu (gulma). Setelah bersih,
tanah dicangkul secara keseluruhan. Apabila lahan cukup luas, sebaiknya dibagi
menjadi beberapa petak untuk mempermudah pemberian kapur dan agar kapur yang
diberikan merata ke seluruh lahan. Pemberian kapur dilakukan dengan cara
ditabur, seperti memupuk padi. Setelah ditaburi kapur secara merata, tanah
dicangkul lagi agar kapur bercampur dengan tanah dan cepat bereaksi.
Selanjutnya, tanah dibiarkan selama 2-3 minggu, lalu diolah lagi untuk
ditanami. Pengapuran dilakukan secara bertahap agar kondisi lahan tidak rusak.
Adapun kebutuhan Dolomit untuk menetralkan tanah adalah sebagai berikut:
a) pH tanah 4,0 = 10,24 ton/ha.
b) pH tanah 4,5 = 7,87 ton/ha.
c) pH tanah 5,0 = 5,49 ton/ha.
d) pH tanah 5,5 = 3,12 ton/ha.
e) pH tanah 6,0 = 0,75 ton/ha.
Ø Pemasangan Pupuk Dasar (Preplant)
Pupuk dasar
yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, TSP dan ZK. Pupuk kandang di berikan
sebanyak 20 ton /ha. Pemberian pupuk dasar tidak perlu terlalu dalam, cukup
disebarkan d atas bedengan kemudian dicampur dengan tanah atau dibenamkan ke
dalam larikan yang dibuat disamping barisan tanaman.
Ø Pemberian Jerami Sebagai Mulsa
Untuk mempertahankan kondisi tanah
setelah penanaman, bedengan ditutup dengan jerami secara merata. Penutupan
dengan jerami jangan terlalu tebal karena dapat mempersulit bibit yang baru
tumbuh untuk menembusnya. Selain untuk mempertahankan kondisi tanah,
mempertahankan suhu dan kelembaban permukaan, penutupan dengan jerami juga
dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah, apabila jerami telah membusuk.
4.
Teknik Penanaman
Ø Penentuan Pola Tanam
Penanaman bawang
putih dapat dilakukan satu atau dua kali setahun dengan mengadakan penyesuaian
varietas. Pola tanam bawang putih dalam setahun dapat dirotasikan sebagai
berikut:
a) Bawang putih - sayuran - bawang putih
b) Bawang putih - sayuran tumpang sari palawija -
bawang putih
c) Bawang putih - tumpang sari palawija atau sayuran.
Penggunaan
jarak tanam yang sesuai dapat meningkatkan hasil umbi per hektar. Jarak tanam yang
terlalu rapat akan menghasilkan umbi yang relatif kecil walaupun hasil per satuan
luas meningkat. Jarak tanam yang digunakan dapat bervariasi menurut kebutuhan
yang paling menguntungkan, tetapi yang biasa digunakan adalah (15 x 10) cm.
Ø
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan
lubang tanam dapat dilakukan dengan tugal atau alat lain. Kedalaman lubang
untuk penanaman bawang putih adalah 3-4 cm (setinggi ukuran siung bibit). Setelah
lubang tanam terbentuk, umbi bibit siap ditanam.
Ø Cara Penanaman
Sehari
sebelum ditanam, bibit bawang putih yang masih berupa umbi dipipil/dipecah satu
per satu sehingga menjadi beberapa siung. Agar lebih mudah memecahkan umbi dan
menghindari terkelupasnya kulit siung, sebaiknya umbi dijemur selama beberapa
jam. Bibit siung tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang tanam di atas
bedengan. Lubang tanam jangan dibuat terlalu dalam supaya bibit tidak terbenam seluruhnya.
Jika bibit
terlalu dalam ditanam atau terbenam seluruhnya ke dalam tanah, tunas barunya
akan sukar tumbuh dan dapat terjadi pembusukan bibit. Sebaliknya, lubang tanam
juga jangan dibuat terlalu dangkal karena nantinya tanaman akan mudah rebah.
Setiap lubang ditanam satu bibit dan diusahakan agar 2/3 bagian yang terbenam
ke dalam tanah dengan posisi tegak lurus. Posisi siung jangan sampai terbalik,
sebab walau masih dapat rumbuh, tetapi pertumbuhannya tidak sempurna.
5.
Pemeliharaan Tanaman
Ø
Penjarangan
dan Penyulaman
Bawang yang
ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau faktor
bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu lahan ada tanaman
yang tidak tumbuh sama sekali, ada yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya
tidak sempurna. Jika keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki
tidak tercapai. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu
setelah tanam dilakukan penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya
tampak tidak sempurna. Biasanya untuk penyualaman dipersiapkan bibit yang ditanam
di sekitar tanaman pokok atau disiapkan di tempat khusus. Persiapan bibit
cadangan ini dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman pokok.
Ø Penyiangan
Pada penanaman
bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali atau lebih.
Hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan selama satu musim tanam.
Penyiangan dan penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur
3-2 minggu setelah tanam. Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur
4-5 minggu setelah tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang
lagi. Pada saat umbi mulai terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus
dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan umbi baru.
Ø Pembubunan
Dalam
penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama
dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan
sebaiknya mengambil tanah dari selokan/ parit di sekeliling bedengan, agar bedengan
menjadi lebih tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi
normal kembali. Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar
yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat
dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat lebih besar-besar.
Ø Pemupukan
Pemberian
pupuk dilakukan dengan 2 tahap, yaitu sebelum tanam atau bersamaan dengan penanaman
sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Unsur hara utama
yang diperlukan dalam pemupukan adalah N,
P, dan K dalam bentuk N, P2O5, dan K2O. Unsur unsur hara lainnya dapat
terpenuhi dengan pemberian pupuk kandang.
Perkiraan
dosis dan waktu aplikasi pemupukan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rekomendasi
Pupuk untuk Bawang Putih pada Tanah Mineral dengan Tingkat Kandungan P dan K
Sedang (Maynard and Hocmuth, 1999)
Bawang putih
memerlukan sulfur dalam jumlah yang cukup banyak. Unsur ini mempengaruhi rasa dan
aroma khas bawang putih. Oleh sebab itu, apabila menggunakan KCl sebagai sumber
kalium, maka sebagai sumber nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA. Jika sebagai
sumber nitrogen digunakan Urea, maka untuk sumber kalium sebaiknya digunakan
ZK. Hal ini dilakukan agar kebutuhan sulfur tetap terpenuhi. Berdasarkan kebutuhan
unsur hara di atas, jumlah pupuk yang akan digunakan dapat dihitung berdasarkan
jenis dan kandungan unsur haranya.
Aplikasi
pemupukan dilakukan dengan mebenamkan pupuk di dalam larikan disamping barisan
tanaman seperti cara memberikan pupuk dasar.
Ø
Pengairan
dan Penyiraman
Pemberian
air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor atau dengan menggenangi saluran
air di sekitar bedengan. Cara yang terakhir dinamakan sistem leb. Penyiraman
dengan gembor, untuk bawang yang baru ditanam, diusahakan lubang gembornya
kecil agar air yang keluar juga kecil sehingga tidak merusak tanah di sekitar
bibit. Jika air yang keluar besar, maka posisi benih dapat berubah, bahkan
dapat mengeluarkannya dari dalam tanah.
Pada awal penanaman,
penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah tanaman tumbuh baik, frekuensi pemberian
air dijarangkan, menjadi seminggu sekali. Pemberian air dihentikan pada saat
tanaman sudah tua atau menjelang panen, kira-kira berumur 3 bulan sesudah tanam
atau pada saat daun tanaman sudah mulai menguning.
Ø Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk
menghindari serangan hama tanaman
seperti kutu dan trips, maka perlu dilakukan penyemprotan pestisida berupa
Tamaron atau Bayrusil 0,2%.
Sedangkan
untuk pencegahan terhadap penyakit perlu pula di semprot dengan pestisida seperti
halnya Dithane M-45 0,2-0,3 prosen. Dosisnya disesuaikan dengan aturan
pemakaian yang tertera pada masing-masing kemasan pestisida, apakah untuk
pencegahan atau pemberantasan.
Penyemprotan
pestisida sebaiknya dilakukan pada pagi-pagi hari benar atau sore hari ketika
udara masih tenang agar lebah atau serangga lain yang berguna tidak ikut
terbasmi. Cara penyemprotan dilakukan dengan menggunakan tangki penyemprotan
(ukurannya bisa bermacammacam) baik secara manual (pompa tangan) ataupun dengan
menggunakan tekanan gas.
6. Panen
Ø
Ciri dan
Umur Panen
Bawang putih
yang akan dipanen harus mencapai cukup umur. Tergantung pada varietas dan
daerah, umur panen yang biasa dijadikan pedoman adalah antara 90-120 hari. Ciri
bawang putih yang siap panen adalah sekitar 50 prosen daun telah menguning/kering
dan tangkai batang keras.
Ø
Cara
Panen
Di daerah
tempat dilakukan survai, yaitu di Tuwel Tegal pemanenan dilakukan dengan cara mencabut
tanaman kemudian diikat sebanyak 30 tangkai per ikat dan dijemur selama 15 hari
sampai batangnya kering. Umbi dibersihkan dengan membuang akar dan daun dan
sekaligus dilakukan pemilihan (grading) yaitu pemisahan menurut kualitasnya.
Ø Periode Panen
Tanaman bawang
putih dapat dipanen setelah berumur 95-125 hari untuk varietas lumbu hijau dan umur
antara 85-100 hari untuk varietas lumbu kuning.
Setelah pemanenan,
lahan dapat ditanami kembali setelah dibiarkan selama beberapa minggu dan
diolah terlebih dahulu atau dapat pula ditanami tanaman lainnya untuk melakukan
rotasi tanaman.
Ø Prakiraan Produksi
Di daerah
tempat dilakukannya survei (Tuwel, Tegal) bawang putih dapat memproduksi umbi
sebanyak 16-20 ton/ha (basah), sedangkan di dataran medium (600 m dpl) dan
dataran rendah (450 m dpl ke bawah) dapat menghasilkan 12-16 ton/ha umbi basah.
Adakalanya sebelum panen tanah diairi dahulu agar umbi bawang putih mudah
dicabut.
7. Pascapanen
Ø Pengumpulan
Setelah
dipanen dilakukan pengumpulan dengan cara mengikat batang semu bawang putih
menjadi ikatan-ikatan kecil dan diletakkan di atas anyaman daun kelapa sambil
dikeringkan untuk menjaga dari kerusakan dan mutunya tetap baik.
Ø
Penyortiran dan Penggolongan
Sortasi
dilakukan untuk mengelompokkan umbiumbi bawang putih menurut ukuran dan
mutunya. Sebelum dilakukan penyortiran, umbi-umbi yang sudah kering
dibersihkan. Akar dan daunnnya dipotong hingga hanya tersisa pangkal batang semu
sepanjang ± 2 cm.
Ukuran atau kriteria sortasi umbi
bawang putih adalah
a) keseragaman warna menurut jenis.
b) ketuaan/umur umbi.
c) tingkat kekeringan.
d) kekompakan susunan siung.
e) bebas hama dan penyakit.
f) bentuk umbi (bulat atau lonjong).
g) ukuran besar-kecilnya umbi.
Berdasarkan ukuran
umbi, bawang putih dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelas, yaitu.
a) kelas A: umbi yang diameternya lebih dari 4 cm.
b) kelas B: umbi yang diameternya antara 3-4 cm.
c) kelas C: umbi yang diameternya antara 2-3 cm.
d) kelas D: umbi yang kecil atau yang pecah dan rusak.
Ø Penyimpanan
Dalam jumlah
kecil, bawang putih biasanya disimpan dengan cara digantung ikatan-ikatannya di
atas para-para. Setiap ikatan beratnya sekitar 2 kg. Para-paranya dibuat dari
kayu atau bambu dan diletakkan diatas dapur. Cara seperti ini sangat menguntungkan
karena setiap kali dapur dinyalakan, bawang putih terkena asap. Pengasapan
merupakan cara pengawetan yang cukup baik. Dalam jumlah besar, caranya adalah disimpan
di dalam gudang.
Gudang yang
akan digunakan harus mempunyai ventilasi agar bisa terjadi peredaran udara yang
baik. Suhu ruangan yang diperlukan antara 25-30 derajat C. Jika suhu ruangan
terlalu tinggi, akan terjadi proses pertunasan yang cepat. Kelembaban ruangan
yang baik adalah 60-70 prosen.
Ø
Pengemasan dan Pengangkutan
Untuk memudahkan
pengangkutan bawang putih dimasukkan ke dalam karung goni atau karung plastik
dengan anyaman tertentu. Alat pengangkutan bisa bermacam-macam, bisa gerobak,
becak, sepeda atau kendaraan bermotor.
No comments:
Post a Comment