DASAR-DASAR AGRONOMI
CANGKOK
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan keseharian, tanaman melakukan beberapa aktivitas yang berguna dalam
rangka mempertahankan hidup, seperti bernapas, berfotosintesis, respirasi, dan
berkembang biak. Awal perkembangbiakan umumnya ditandai dengan perkecambahan.
Dan tentunya di dalamnya terdapat struktur yang cukup rumit. Perkembangbiakan
pada setiap tanaman tidaklah sama. Ada beberapa spesies tanaman yang
berkembangbiak dengan cara generatif dan ada juga yang berkembangbiak dengan
cara vegetatif (Seputra, 1990).
Cara
pembiakan vegetatif meliputi: (1) Secara alami dengan penggunaan biji apomiktik
(terbentuk tanpa pembuahan dan merupakan bentuk vegetatif) dan penggunaan
organ-organ khusus tanaman (hasil modifikasi batang atau akar, misalnya: bulb,
tuber, rhizome, dll); (2) Secara buatan dengan stimulasi akar dan tunas
adventif ialah ”layerage”, ”cuttage”, atau setek, penyambungan tanaman dan
kultur jaringan. Pada ”layerage” stimulasi saat organ vegetatif masih bersatu
dengan tanaman, misalnya, ”layerage” di atas tanah (cangkokan). Pembiakan
secara vegetatif adalah yang paling banyak dilakukan daripada pembiakan
generatif disebabkan oleh beberapa alasan di antaranya karena banyak tanaman
yang tidak mempunyai sifat sebaik induknya bila dilakukan pembiakan secara
generatif/menggunakan biji ada perubahan pada mutunya, karena tanaman tidak
menghasilkan biji atau hanya sedikit menghasilkan biji, dan tanaman tersebut
bisa menghasilkan biji. Salah satu contoh pembiakan vegetatif adalah dengan
cara mencangkok (Rochiman dan
Harjadi, 1973).
Mencangkok
adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau
ranting sepanjang 5-10 cm. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar
serabut, bukan akar tunggang. Perbanyakan vegetatif dengan cara ini adalah
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian – bagian tanaman seperti
batang (cabang) untuk menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya.
Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada dibagian – bagian tersebut
agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, dan daun
sekaligus (Widarto, 1995).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari
praktikum yang dilakukan adalah untuk mempelajari faktor – faktor yang
mempengaruhi kecepatan dan keberhasilan pencangkokan tanaman.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari
praktikum ini adalah untuk lebih mendalalmi pengetahuan mahasiswa tentang semua
yang berhubungan dengan mencangkok tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut De Data,S.K., (1987),
Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang
atau ranting. Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan
tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya
adalah serabut, dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam
dari biji.
Menurut Rochiman dan Harjadi (1973),
Cangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan
cepat menghasilkan.
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.
hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3) Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan cukup lembab sepanjang waktu.
Tehniknya hampir sama dengan cara
mencangkok yang biasa, bedanya adalah media tanah sudah lebih dulu dimasukkan
ke dalam kantong plastik. Media tadi dimasukkan ke dalam kantong plastik ukuran
¼k guntuk diameter batang yang kecil dan ½ kg untuk diameter batang yang lebih
besar (ukuran kantong plastik disesuiakan dengan diameter batang yang akan
dicangkok). Pengisian media ke dalam lembaranplastik : Isikan media dan
padatkan sampai ¾ plastik, kemudian tarik ujung kantong plastik dan ditalikan.
Dari 2 kg media akan dihasilkan 15-20 media dalam kantong plastik. Media dalam
kantong plastik tersebut tahan sampai dengan 1 bulan. Cara penggunaan media
tersebut tinggal menyobek/mengiris memanjang satu sisi kantong plastik dan sisi
sobekan tadi dimasukkan dari bagian bawah luka bila posisi batang melintang
atau datar, pada posisi batang tegak memasukkan bebas, kemudian diselubungkan
secara merata ke keratan batang tanaman. Lakukan pengikatan, agar media pada
posisi yang benar (letak sobekan menghadap ke atas (bila posisi batang
mendatar) dan media rata menyelubungi/menutup keratan/luka di batang
tanaman)(Malian, 2004).
Mencangkok adalah salah satu bentuk perkembangbiakan vegetative tanaman
yang dilakukan seseorang karena beberapa factor, diantaranya karena
menginginkan tanaman baru yang persis seperti induknya dan menginginkan tanaman
yang dapat menghasilkan buah dalam waktu yang relative singkat. Menurut
Abidin, 1983, bebrapa hal penting dalam mencangkok yaitu:
1. Mencangkok Batang Berkayu
1.1
Menentukan Pohon Induk
Pohon induk adalah hal pertama yang menentukan hasil cangkokan, karena
pohon induk adalah salah satu pertimbangan seseorang melakukan pencangkokan.
Pencangkokan biasanya dilakukan untuk mendapatkan bibit dari pohon terpilih dan
mempunyai banyak keunggulan. Namun ada beberapa persyaratan agar tanaman hasil
cangkokan memuaskan. Diantaranya adalah pohon induk umurnya sudah cukup, tidak
terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pohon yang terlalu tua biasanya jumlah
cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok hanya sedikit. Sedang pohon yang
terlalu muda tentu belum diketahui sifat-sifatnya dengan jelas dan produksi
akar keduanya kurang sempurna.
Umur tanaman perlu diketahui
agar tidak mengecewakan dan agar mendapat tanaman yang ideal dari segala aspek
yang dimiliki oleh tanaman tersebut. Karena tanaman yang masih muda belum
diketahui sifat-sifat dan produksi tanaman sehinga kita belum tau banyak
keunggulan dari tanaman-tanaman tersebut.
Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah pohon Nampak kuat dan subur, serta tidak
diserang hama penyakit yang dapat menggagalkan hasil cangkokan. Syarat lain
lagi adalah pohon harus bercabang banyak sehingga setelah dicangkok, pohon
tidak kehabisan cabang dan mengganggu produksi tanaman induk. Tanaman
yang dicangkok pada praktikum ini adalah jambu air.
Jambu air berasal dari
daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan pulau-pulau di
Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan untuk
konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis menyegarkan, tetapi
memiliki keragaman dalam penampilan. Jambu air (Eugenia aquea Burm)
dikategorikan salah satu jenis buah-buahan potensial yang belum banyak disentuh
pembudidayannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi
masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit,
sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk buah.
Sistematika
tanaman jambu air adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Plantarum
Sub Kingdom :
Kormophyta
Super Divisio :
Kormophyta biji
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Classis :
Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia :
Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species
: Eugenia aquea
Pada umumnya jambu air dimakan segar,
tetapi dapat juga dibuat puree, sirop, jeli, jam/berbentuk awetan lainnya.
Selain sebagai “buah meja” jambu air juga telah menjadi santapan canggih dengan
dibuat salada dan fruit coctail. Kandungan kimia yang penting dari jambu
air adalah gula dan vitamin C. Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain
disajikan sebagai buah meja juga untuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit
batangnya dapat digunakan sebagai obat (Wikipedia, 2010).
1.2 Memilih
Cabang Cangkokan
Bentuk cabang yang baik adalah yang memiliki kulit yang tegap, mulus dan
warna masih coklat muda dan belum ada kerak, agar tanaman menghasilkan akar
yang baik dan sempurna. Besar cabang yang ideal adalah cabang yang masih berukuran
kecil sebesar jari ataupun pensil. Hal tersebut karena dengan cabang yang kecil
akan didapatkan tanaman dengan jumlah banyak dan tanaman tidak memerlukan akar
yang banyak sehingga mempercepat proses pencakokan. Dipastikan tanaman bebas
dari hama dan penyakit agar tidak mengganggu saluran nutrisi saat pencangkokan
dan hasil cangkokan yang tidak normal.
Cabang yang dicangkok tidak perlu terlalu panjang karena akan kesulitan
saat penanaman dilapangan dan sulit diatur. Panjang cabang cukup sekitar
20-30cm saja. Jumlah daun yang disertakan dalam tanaman hasil cangkokan harus
dalam jumlah yang banyak agar tanaman mendapat banyak masakan makanan. Dan
cabang yang gundul akan mempersulit tumbuh akar karena kurangnya makanan.
Cabang yang baik mempunyai bentuk lurus menyamping atau keatas dan giat
berbuah.
1.3 Menyayat
Kulit Batang
Penyayatan mempengarui produksi akar, sehingga bentuk dan besarnya sayatan
disesuaikian dengan diameter batang yang akan dicangkok. Penyayatan dilakukan
didekat atau dibawah kuncup daun agar dapat memproduksi banyak akar, karena
pada daerah ini terdapat rizokalin yaitu zat pembentuk akar. Bentuk
sayatan dengan model bergerigi bagian atas akan mendapatkan daerah tumbuh akar
yang lebih luas dan banyak.
1.4
Pembersihan Kambium
Kambium terdapat antara jaringan xylem dan floem yang akan nampak jika
kulit telah tersayat. Kambium ini hanya terdapat pada tanaman dikotil. Hasil
kerja kambium adalah bertambahnya lingkaran batang berkayu. Kambium biasanya
berbentuk lendir dan Kambium ini perlu dihilangkan karena akan mengganggu
proses pembentukan akar cangkokan.
Cara menghilangkan kambium ada berbagai cara diantaranya dikerik dengan
pisau. Yang perlu diperhatikan dalam pengerikan adalah secara perlahan agar jaringan xylem tidak rusak. Karena kerusakan pada xylem akan
mengganggu transfer nutrisi tanaman yang dicangkok.
1.5
Mengeringanginkan
Waktu pengeringan sangat bergantung dengan jenis tanaman karena pada
berbagai tanaman yang bergetah, memerlukan waktu yang lebih lama karena getah
yang terbungkus media cangkok akan menjadi tempat bakteri. Lama waktu
diantaranya 2-4 hari dan 2-3 minggu.
1.6
Pemberian ZPT (Zat Perangsang Tumbuh)
Zpt yang digunakan adalah zat perangsang pertumbuhan akar. Pemberian ZPT
adalah agar akar cangkokan cepat tumbuh. Pemberian ZPT harus sesuai dengan
keperluan, jangan terlalu sedikit atau terlalu banyak. Karena jika terlalu
sedikit ZPT sering kali tidak berpengaruh dan jika terlalu banyak justru akan
merusak jaringan itu sendiri.
Pemberian ZPT ada berbagsi cara diantaranya dicampur dengan media ataupun
disiramkan. Namun yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi ZPT karena pada
kedua proses tersebut berbeda.
1.7
Pembungkus Sayatan
Membungkus sayatan sangat tergantung dengan media yang dipakai. Pada
beberapa media yang rapuh seperti tanah maka yang perlu dilakukan adalah
mengikat pembungkus terlebih dahulu yaitu bagian bawahnya dan memasukkan media
yang agak basah, dirapikan dan diikat bagian atasnya. Pada media tertentu
adalah menyesuaikan dengan bentuk media dan model pemasangannya.
2. Mencangkok batang Tak Berkayu
Mencangkok batang tak berkayu umumnya dengan memanfaatkan luka tanaman
dengan memberi media tumbuh pada luka tanaman. Luka tanaman tersebut diharapkan
akan menghasilkan akar. Untuk melukai tanaman dapat dilakukan dengan berbagai
cara, pada papaya dimanfaatkan patahan dari cabang, pada dieffenbachia(sri
rejeki) diadakan goresan pada ruas tanaman. Pada tanaman salak dengan
memanfaatkan pangkal tunas tanaman. Yaitu pada tunas pohon salak diberi media
tumbuh dan tanpa penyayatan.
3. Waktu Mencangkok
Banyak orang mencangkok dilakukan pada musim penghujan agar menghemat
penyiraman dan menghindari stress tanaman karena kering. Padahal musim hujan
maupun musim kemarau sebenarnya bukanlah masalah. Kedua musim itu dapat
digunakan untuk mencangkok, walaupun keduanya ada kelebihan dan kekurangannya.
Bila kita mencangkoknya pada awal musim hujan, dalam musim itu juga cangkokan
telah jadi dan dapat ditanam. Bila menangkok pada musim kemarau, memang kita
harus rajin menyiraminya agar kelembapan media tetap terjaga. Tapai lazimnya
cangkokan pada musim kemarau lebih cepat terjadi, karena pada saat ini
pertumbuhan akar sedang aktif.
4 Sarana
Mencangkok
4.1
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam mencangkok adalah sangat sederhana dan tidak
perlu biaya mahal. Diantaranya yaitu pisau, dan tali. Pisau yang digunakan
adalah pisau yang sederhana tapi tajam. Tajam pisau sangat perlu karena agar
goresan halus, rapi bersih dan tidak perlu mengulang-ulang. Tali yang digunakan
adalah tali yang memungkinkan dapat bertahan sampai cangkokan siap diambil.
4.2. Media
Media yang digunakan dalam mencangkok adalah banyak sekali macamnya.
Biasanya seseorang memilih media karena hasil yang didapatkan. Dalam pemilihan
media hindari penggunaan tanah yang masih mentah. Ini karena pada tanah yang
seperti itu, mudah kering dan mengeras dan hanya memiliki sedikit nutrisi dan
dapat mematahkan cabang. Media yang digunakan antara lain adalah mos(akar
tanaman), bubuk sabut kelapa, pupuk kandang, pupuk kompos, lumut. Jenis media
sangat menentukan hasil pencangkokan karena perbedaan nutrisi.
5
Pemeliharaan Cangkokan
Pemeliharaan cangkokan yang utama adalah menjaga agar tetap lembab.
Kelembapan sangat penting untuk menjaga daya tumbuh akar dan memberi makanan
akar. Karena akar akan tumbuh setalah beberapa waktu penyangkokan.
Cara agar tetap lembab adalah dengan menyiram tanaman secara rutin. Caranya
adalah bisa dengan menyuntikkan, dengan membuka bagian atas pembungkus dan
menyiram atau dengan memberi cadangan air diatas cangkokan dengan meneteskan
air tersebut.
6 Pemotongan
Cangkokan
Pemotongan cangkokan biasanya dilakukan setelah 1-3 bulan setelah
pencangkokan. Karena pada priode ini cangkokan telah berakar. Atau setelah akar
nampak keluar dari media.
Sebelum dipotong agar cangkokan tidak kaget, maka akar yang nampak diatas
media bisa dipotong agar dapat memproduksi akar yang lebih banyak. Tempat
pemotongan cangkokan harus tepat dibawah pembungkus cangkokan. Agar tidak ada
cabang yang kering dicangkokan yang bisa dimakan rayap. Setelah dipotong, daun
cangkokan perlu dikurangi agar mengurangi penguapan. Dan tanaman siap ditanam
ataupun disemaikan terlebih dahulu.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Alat Dan
Bahan
Alat :
- Pisau
- Sabuk
kelapa
- Plastik
- Tali
- ZPT (Zat
Pengatur Tumbuh)
- Media
(kompos)
- Air
Bahan :
- Tanaman
Jambu
3.2 Prosedur
Kerja
- Bagian
tanaman yang akan dicangkok dikuliti terlebih dahulu dengan lebar ± 10 cm
hingga bersih, diusahakan tidak ada kambium yang tertinggal.
- Mengikat
salah satu ujung goni (plastic) dengan tali plastik, kemudian media tanah
yang sudah dicampur dengan air secukupnya diletakkan diantara
batang dan plastik pembungkus dengan rapi. Kemudian ujung plastik
lainnya diikat dengan tali plastik. - Kemudian goni (plastic) pembungkus tersebut dilubangi secukupnya untuk menjaga kelembaban.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari praktikum mencangkok yang telah
dilakukan ini belum ada hasil karena pada tahap ini pengamatan hasil belum
dilakukan, sehingga hasil tidak tercantum untuk data dari lahan simalingkar.
Sedangkan data pengamatan hasil cangkokan disekitar kampus diketahui hasilnya
tumbuh bagus hingga mencapai 90% dari keseluruhan.
4.2
Pembahasan
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar
kampus. Pencangkokan bukanlah hal yang mustahil untuk dikerjakan. Hanya saja
butuh parawatan dan pemeliharaan yang bagus. Hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pencangkokan tanaman adalah : (1) waktu mencangkok, sebaiknya pada
musim hujan karena tidak perlu melakukan penyiraman berulang-ulang, (2) Memilih
batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak terlalu
tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya, (3)
Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan
cukup lembab sepanjang waktu.
V. KESIMPULAN
Dari hasil yang diketahui yaitu pencangkokan disekitar
kampus maka dapat disimpulkan bahwa :
- Dalam
hal mencangkok yang perlu diperhatikan salah satunya adalah penyiraman
yang rutin (dalam hal ini sangat dibutuhkan parawatan)
- Cangkok
merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan
cepat menghasilkan, berbeda dengan menggunakan biji (benih) pada benih
atau biji membutuhkan proses yang sangat lama dan hasilnya tidak sama dengan
induknya.
- Tumbuhan
hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut,
dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari bij
VI. DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1983. Dasar-dasar tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung: Angkasa.
Anonim. 2010. Jambu Air. (www.wikipedia.com)
(23 Desember 2010)
De Data. 1987. Pencangkokan Pohon Mangga. Bogor : Instituti Pertanian Bogor.
Husni, Malian. 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT.
Gramedia.
Rochiman dan Harjadi. 1973. Pencangkokan
Tanaman. Bandung : Rajawali Group.
Rochiman, K. dan Harjadi, S. S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor: Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Seputra, D. D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Widarto, L. 1995. Perbanyakan Tanaman dengan Biji. Setek, Cangkok, Sambung, Okulasi
dan Kultur Jaringan. Jakarta: Kanisius.
thank"s ya
ReplyDeletewow, makasih banyak kak
ReplyDeletethanks gan
ReplyDelete