A. Faktor
yang berasal dari alat
- Ukuran nozel: untuk nozel dengan tipe yang sama,
makin besar ukurannya akan makin besar ukuran butir yang disemprotkan.
- Tekanan: untuk nozel yang sama, makin besar
tekanan makin kecil butir yang diperoleh.
- Bentuk nozel: bentuk nozel yang berlainan akan
menghasilkan pola semprotan yang berbeda.
B. Faktor
yang berasal dari cairan
- Viskositas
- Densitas
- Tegangan permukaan (adhesivitas)
C. Faktor
Lingkungan
- Tekanan udara
- Kelembaban nisbi udara
- Kecepatan dan arah angin
- Suhu ruang (udara)
- Kerapatan tanaman, keadaan lahan, dan lain-lain.
Dalam
menggunakan sprayer sebagai alat pengendali hama dan penyakit maupun gulma,
perlu sebelumnya dilakukan pengukuran watak laku teknis alat tersebut. Hal
tersebut dilakukan agar alat bisa berfungsi dengan baik (memenuhi persyaratan
agroteknis) yaitu:
- Pemberian bahan kimia dapat teratur dan seragam
baik volume maupun konsentrasinya.
- Penyebarannya dapat seragam per satuan luas.
- Penetrasi ke bagian yang terkena serangan tinggi.
- Bahan kimia dapat tahan lama melekat pada
tanaman.
Pada
tindakan kaliberasi, akan diukur volume cairan yang akan disemprotkan per
satuan waktu, serta akan dicari lebar kerja efektif penyemprotan pada
ketinggian semprot tertentu. Selain itu dapat pula diketahui pengaruh tekanan
maupun nozel terhadap hasil (pola) penyemprotan. Kaliberasi dapat dilakukan di
laboratorium maupun di lapangan.
Untuk menghitung jumlah cairan yang
diperlukan dipakai rumus :
Dengan:
q =
debit cairan yang lewat 1 nozel (lt/menit)
V =
kecepatan kerja (km/jam)
B =
lebar kerja (m)
N =
dosis penggunaan bahan kimia (lt/Ha)
K =
konsentrasi larutan (%)
Lebar kerja efektif
merupakan lebar kerja penyemprotan optimal yang menghasilkan sebaran melintang
volume per satuan luas yang paling seragam. Lebar kerja penyemprotan adalah
jarak antara suatu garis lintasan penyemprotan dengan garis lintasan berikutnya
di sebelahnya. Untuk memperoleh lebar kerja yang efektif, pengambilan garis
lintasan berikutnya dilakukan sedemikian rupa sehingga terjadi saling tumpang
tindih (overlapping) antara penyemprotan yang terdahulu dengan
penyemprotan berikutnya sehingga ketidakseragaman yang dihasilkan oleh satu
pola penyebaran ditutup oleh pola penyebaran berikutnya.
Cara mencari lebar kerja efektif:
1.
Dicari pola penyebaran melintang
dari satu lintasan penyemprotan dengan cara mencoba menyemprotkan sprayer di
atas suatu deretan melintang alur-alur penampang dalam jangka waktu tertentu.
Masing-masing tampang dari setiap alur dikumpulkan dan diukur volumenya
(misalnya xi, di mana i adalah nomor urut alur penampang dari kiri
ke kanan atau sebaliknya). Maka didapatkan pola penyebaran melintang dari
harga-harga xi dari i = 1 sampai i = n, di mana n adalah nomor
terakhir alur yang menampung semprotan.
2.
Pola yang didapat tadi dianalisa
untuk mendapatkan lebar efektifnya dengan dua cara yaitu secara grafik dan
secara statistik.
1) Secara grafik
·
Dibuat grafik yang menggambarkan
pola penyebaran (absis adalah i, ordinat adalah xi).
·
Dicoba suatu lebar kerja tertentu
yaitu digambar lagi pola-pola tadi di sebelahnya setelah digeser selebar lebar
kerja percobaan tadi.
·
n alur gabungan (overlapping)
dari penyemprotan dengan lebar kerja yang dicoba tadi diperoleh dari
menjumlahkan harga x yang ada pada setiap titik, dan hasilnya digambarkan.
·
keseragaman atau kemerataannya
dilihat dari gambar hasil penjumlahan di atas.
·
Dicoba-coba lagi untuk lebar kerja
yang lain sehingga didapatkan gambar grafik yang dilihat / diperkirakan paling
seragam.
·
Setelah diperoleh maka lebar kerja
yang menghasilkan grafik yang paling seragam tadi adalah lebar kerja
efektifnya.
2) Secara statistik
·
Caranya seperti pada cara grafik
tadi yaitu dicoba pada berbagai lebar kerja dan pola gambarnya diperoleh dari
penjumlahan tumpang tindihnya. Hanya bedanya pemilihan lebar kerja yang efektif
tidak hanya didasarkan p[ada perkiraan gambar, tetapi didasarkan pada hasil
perhitungan suatu besaran kuantitatif yang dinamakan koefisien variansi (Cv),
yang didapat dari rumus,
Dengan:
harga rata-rata = x / n
x = harga tampang setelah dijumlahkan terhadap tampang lintasan
sebelahnya (setelah ditumpangtindihkan) pada titik yang sama.
n = banyaknya tampang yang diambil pada selebar lebar kerja.
Standar deviasi =
|
(x – x)2
|
n-1
|
- Harga Cv tadi dibanding-bandingkan
untuk berbagai percobaan lebar kerja dengan membuat daftar lebar kerja dan
Cv.
- Lebar kerja efektif dipilih dari lebar kerja dengan
Cv yang minimum (paling merata).
Lebar kerja
= n x b
Dengan:
b = lebar 1
alur.
No comments:
Post a Comment