Saturday, January 21, 2012

SPRAYER

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyemprotan cairan
A. Faktor yang berasal dari alat
  1. Ukuran nozel: untuk nozel dengan tipe yang sama, makin besar ukurannya akan makin besar ukuran butir yang disemprotkan.
  2. Tekanan: untuk nozel yang sama, makin besar tekanan makin kecil butir yang diperoleh.
  3. Bentuk nozel: bentuk nozel yang berlainan akan menghasilkan pola semprotan yang berbeda.
B. Faktor yang berasal dari cairan
  1. Viskositas
  2. Densitas
  3. Tegangan permukaan (adhesivitas)
C. Faktor Lingkungan
  1. Tekanan udara
  2. Kelembaban nisbi udara
  3. Kecepatan dan arah angin
  4. Suhu ruang (udara)
  5. Kerapatan tanaman, keadaan lahan, dan lain-lain.
Dalam menggunakan sprayer sebagai alat pengendali hama dan penyakit maupun gulma, perlu sebelumnya dilakukan pengukuran watak laku teknis alat tersebut. Hal tersebut dilakukan agar alat bisa berfungsi dengan baik (memenuhi persyaratan agroteknis) yaitu:
  1. Pemberian bahan kimia dapat teratur dan seragam baik volume maupun konsentrasinya.
  2. Penyebarannya dapat seragam per satuan luas.
  3. Penetrasi ke bagian yang terkena serangan tinggi.
  4. Bahan kimia dapat tahan lama melekat pada tanaman.
Pada tindakan kaliberasi, akan diukur volume cairan yang akan disemprotkan per satuan waktu, serta akan dicari lebar kerja efektif penyemprotan pada ketinggian semprot tertentu. Selain itu dapat pula diketahui pengaruh tekanan maupun nozel terhadap hasil (pola) penyemprotan. Kaliberasi dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan.
Untuk menghitung jumlah cairan yang diperlukan dipakai rumus :
http://syairpuisiku.files.wordpress.com/2008/10/new-picture-531.png?w=125&h=42
Dengan:
q = debit cairan yang lewat 1 nozel (lt/menit)
V = kecepatan kerja (km/jam)
B = lebar kerja (m)
N = dosis penggunaan bahan kimia (lt/Ha)
K = konsentrasi larutan (%)
Lebar kerja efektif merupakan lebar kerja penyemprotan optimal yang menghasilkan sebaran melintang volume per satuan luas yang paling seragam. Lebar kerja penyemprotan adalah jarak antara suatu garis lintasan penyemprotan dengan garis lintasan berikutnya di sebelahnya. Untuk memperoleh lebar kerja yang efektif, pengambilan garis lintasan berikutnya dilakukan sedemikian rupa sehingga terjadi saling tumpang tindih (overlapping) antara penyemprotan yang terdahulu dengan penyemprotan berikutnya sehingga ketidakseragaman yang dihasilkan oleh satu pola penyebaran ditutup oleh pola penyebaran berikutnya.

Cara mencari lebar kerja efektif:

1.      Dicari pola penyebaran melintang dari satu lintasan penyemprotan dengan cara mencoba menyemprotkan sprayer di atas suatu deretan melintang alur-alur penampang dalam jangka waktu tertentu. Masing-masing tampang dari setiap alur dikumpulkan dan diukur volumenya (misalnya xi, di mana i adalah nomor urut alur penampang dari kiri ke kanan atau sebaliknya). Maka didapatkan pola penyebaran melintang dari harga-harga xi dari i = 1 sampai i = n, di mana n adalah nomor terakhir alur yang menampung semprotan.
2.      Pola yang didapat tadi dianalisa untuk mendapatkan lebar efektifnya dengan dua cara yaitu secara grafik dan secara statistik.
1) Secara grafik
·         Dibuat grafik yang menggambarkan pola penyebaran (absis adalah i, ordinat adalah xi).
·         Dicoba suatu lebar kerja tertentu yaitu digambar lagi pola-pola tadi di sebelahnya setelah digeser selebar lebar kerja percobaan tadi.
·         n alur gabungan (overlapping) dari penyemprotan dengan lebar kerja yang dicoba tadi diperoleh dari menjumlahkan harga x yang ada pada setiap titik, dan hasilnya digambarkan.
·         keseragaman atau kemerataannya dilihat dari gambar hasil penjumlahan di atas.
·         Dicoba-coba lagi untuk lebar kerja yang lain sehingga didapatkan gambar grafik yang dilihat / diperkirakan paling seragam.
·         Setelah diperoleh maka lebar kerja yang menghasilkan grafik yang paling seragam tadi adalah lebar kerja efektifnya.
2) Secara statistik
·         Caranya seperti pada cara grafik tadi yaitu dicoba pada berbagai lebar kerja dan pola gambarnya diperoleh dari penjumlahan tumpang tindihnya. Hanya bedanya pemilihan lebar kerja yang efektif tidak hanya didasarkan p[ada perkiraan gambar, tetapi didasarkan pada hasil perhitungan suatu besaran kuantitatif yang dinamakan koefisien variansi (Cv), yang didapat dari rumus,
http://syairpuisiku.files.wordpress.com/2008/10/new-picture-54.png?w=162&h=45
Dengan:
harga rata-rata = x / n
x = harga tampang setelah dijumlahkan terhadap tampang lintasan sebelahnya (setelah ditumpangtindihkan) pada titik yang sama.
n = banyaknya tampang yang diambil pada selebar lebar kerja.

Standar deviasi =
(x – x)2
n-1
  • Harga Cv tadi dibanding-bandingkan untuk berbagai percobaan lebar kerja dengan membuat daftar lebar kerja dan Cv.
  • Lebar kerja efektif dipilih dari lebar kerja dengan Cv yang minimum (paling merata).
Lebar kerja = n x b
Dengan:
 b = lebar 1 alur.

No comments:

Post a Comment